Kamis, 04 Agustus 2011
Sejarah Emas Bulutangkis Indonesia
Pertandingan Bulutangkis merupakan cabang Olahraga unggulan Indonesia sejak dulu. Beberapa nama atlet Bulutangkis Indonesia telah menorehkan Sejarah Emas untuk Indonesia. Sebut Saja Rudi Hartono, beliau telah mengharumkan nama Indonesia ke berbagai penjuru Dunia dengan menjadi orang terbaik di Olahraga Bulutangkis pada era 1970 an. Lahir di Surabaya 18 Agustus 1949 silam, penggemar makanan khas daerah khususnya makanan Surabaya ini mengakui, untuk menjadi juara sejati dibutuhkan perjuangan keras.
“Kemenangan tidak diraih secara kebetulan tetapi harus melalui perjuangan. Kemenangan sejati dicapai melalui prestasi,” ujar peraih gelar Olahragawan Terbaik versi SIWO (Seksi Wartawan Olahraga) PWI pada 1969 dan 1974 tersebut.
Pemilik klub Jaya Raya itu kembali menorehkan sejarah bagi Bangsa Indonesia tatkala untuk ketiga kalinya secara berturut-turut yakni pada 1970 kembali berjaya sebagai Juara All England setelah mengalahkan pemain asal Demmark, Svend Pri. “Mental juara dunia adalah harus dapat menerima kekalahan. Namun, kekalahan dalam suatu pertandingan bukan akhir prestasi melainkan `cambuk` untuk terus berlatih,” ungkap mantan Ketua Bidang Pembinaan PB PBSI (Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) periode 1981 hingga 1985 tersebut.
“Kegagalan harus dijadikan motivasi untuk meraih keberhasilan selanjutnya. Itulah yang tidak dimiliki pebulutangkis kita saat ini,” ujarnya. Peraih penghargaan IBF Distinguished Service Award 1985 itu kembali mengulang sukses pada 1971 sebagai Juara Tunggal Putra All England setelah mengalahkan Muljadi, pebulutangkis Indonesia. Untuk kelima kalinya, ayah dua anak ini kembali mempertahankan gelar Juara All England pada 1972 setelah menundukkan Svend Pri, pemain asal Demmark.
Bertemu dengan rekan senegaranya, Christian, pada Final All England 1973, Rudy Hartono yang sempat bermain film berjudul MATINYA SEORANG BIDADARI bersama aktris Poppy Dharsono pada 1971, kembali mempertahankan gelarnya.
Kedigdayaan Rudy Hartono kembali ditunjukkan setelah berhasil mempertahankan gelar Juara All England tujuh kali berturut-turut ketika menundukkan Punch Gunalan pebulutangkis Malaysia, pada partai final All England 1974.
“Kegagalan itu harus dijadikan sebagai introspeksi untuk memperbaiki kesalahan. Namun, jangan pula terlena dengan kemenangan sebab kemenangan itu juga kadang menjadi bumerang bagi kita,”katanya.
“Kepuasan seorang atlet yakni ketika dia mampu mengalahkan dirinya dan mencapai prestasi sebagai seorang juara,” Rudy Hartono yang menghantar tim Indonesia sebagai Thomas Cup pada 1970, 1973, 1976 dan 1979 tersebut.
Mengakhiri karir sebagai atlet bulutangkis, Rudy Hartono, yang saat ini tengah mengurus usaha sebagai agen peralatan olahraga yang dirintisnya sejak 1984, lebih banyak meluangkan waktu untuk keluarga.
“Saya masih akan terus membangkitkan bulutangkis di Indonesia agar kita dapat meraih Juara Dunia yang sudah lama hilang. Klub, yang saya rintis telah banyak melahirkan pebulutangkis dunia, salah satunya Susy Susanti,” ungkap Juara Dunia 1980 dan Juara Japan Open 1981 tersebut.
Ia menilai, prestasi bulutangkis Indonesia saat ini semakin terpuruk. Rudy Hartono berharap, Indonesia dapat bangkit untuk mengulang prestasi seperti yang pernah diraih pada dekade 1960-an hingga 1990.
“Semangat bulutangkis harus kembali dibangkitkan. Dulu, banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi atlet bulutangkis, tetapi sekarang sudah sangat sulit mencari bibit juara dunia,” katanya.
“Semua pihak, termasuk pemerintah harus menggairahkan kembali euforia (semangat) bulutangkis agar kita bisa merebut kembali gelar juara dunia,” harap maestro bulutangkis tersebut.
sumber : http://zonasitus.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar